RITUAL BERSIH DESA POHIJO TAHUN 2019
- Jul 16, 2019
- pohijo
- BERITA
Bersih Desa merupakan ritual tahunan yang diselenggarakan masyarakat di pulau jawa yang berlangsung turun temurun dari nenek moyang.Jaman dahulu kegiatan Bersih Desa diselenggarakan sebagai bentuk selamatan desa yaitu menghormati punden desa dengan memberikan sesajen. Tujuannya agar masyarakat desa setempat mendapat perlindungan dan kesejahteraan, terbebas dari pengaruh roh jahat yang mengganggu masyarakat desa.
Punden berasal dari kata pepunden merupakan Bahasa jawa yang artinya Junjungan atau pujaan, pepunden berarti sesuatu sosok gaib sebagai junjungan yang menguasai wilayah desa sebagai penjaga dan pelindung desa dari pengaruh kekuatan jahat.
Ritual bersih desa dilakukan dimakam atau dipetilasan punden mulai dari pembersihan area makam,kirab keliling desa,bancaan/tumpengan sampai dengan acara hiburan tradisional seperti kethoprak, barongan,wayang kulit dan tayub, tergantung daerah masing – masing.
Kata lain dari bersih desa adalah Sedekah Bumi yaitu menghormati bumi sebagai sumber kehidupan dengan slametan/tumpengan yang diarak keliling desa menuju punden desa.
Masyarakat Desa meyakini bahwa dengan bersedekah kepada bumi akan menghilangkan segala kesialan,pagebluk,balak bencana, dan mendatangkan keberkahan ditahun mendatang seperti panen yang melimpah. Seiring perkembangan jaman kegiatan Bersih Desa masih diselenggarakan ditiap tiap desa sampai sekarang,namun maksud dan tujuan bersih desa agar tidak bertentangan dengan norma agama islam dan syariah maka harus diselaraskan . Maksud dan tujuan penyelenggaraan kegiatan Bersih Desa adalah :- Melakukan kegiatan ritual tradisional tahunan Sebagai sarana mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat berupa rezeki dan lindunganNYA yang berupa keselamatan dan ketentraman hidup bagi warga desa.
- Suatu kegiatan selamatan / sodaqoh berupa makanan atau hasil bumi, Sebagai sarana permohonan kepada Tuhan agar diwaktu mendatang menjadikan desa ini desa baldatun toyibatun warabun ghofur atau gemah ripah loh jinawi maksudnya adalah desa yang tenteram damai dan sejahtera, warga desa diberikan keselamatan, keberkahan, dan dijauhkan dari segala macam bencana baik bencana alam maupun bencana penyakit dan diberkahi rizki yang melimpah.
- Pewarisan tradisi yang berlangsung turun temurun kepada generasi muda agar memiliki sikap menghargai dan menghormati perjuangan dan jasa nenek moyang,sebagai tokoh yang berjasa sebagai pendiri desa ( Cikal Bakal ), serta mentauladani sikap dan tindakan dari pendiri Desa.
- Mempertahankan dan memelihara tradisi dalam rangka untuk menjaga keseimbangan alam, manusia menjaga hubungan dengan penguasa alam (hablumminawwah) dan menjaga hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas), agar tercipta harmoni atau keselarasan dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
- Mempertahankan, memelihara dan mengenalkan tradisi nguri – nguri kesenian tradisional, kepada generasi penerus.
- Menumbuhkan rasa empati dan simpati generasi muda terhadap suatu tradisi yang berkembang dalam masyarakat.
- Gotong royong. Sikap gotong royong ditunjukkan oleh perangkat desa dan warga desa dalam mempersiapkan pelaksanaan upacara khormat bumi. Selama bekerja, mereka tidak dibayar, tetapi tetap menunjukkan sikap ihlas tidak jengkel ataupun marah. Mereka menunjukkan sikap rela tanpa pamrih dan memancarkan raut kegembiraan dalam mempersipakan upacara Sedekah B
- Demokratis. Sikap musyawarah ditunjukkan baik kepala desa beserta dengan perangkat desa, tokoh masyarakat maupun warga masyarakat dalam mempersiapkan pelaksanaan upacara Sedekah Bu Semua acara disusun berdasar azas mufakat, baik ketika menentukan waktu, tokoh yang perlu diundang, hiburan apa yang perlu bahkan sampai kepada mubaligh yang mengisi pengajian.
- Ketuhanan. Sikap pasrah kepada penguasa alam dan hormat kepada leluhur merupakan salah satu karakter masyarakat pedesaan yang mayoritas hidup sebagai petani, sikap itu bahkan sudah melekat dan menjadi budaya Jawa.
- Eling sangkan paraning dumadi, maksudnya adalah kesadaran orang Jawa yang selalu berhati-hati dalam bertindak dan bertutur sapa dan selalu ingat terhadap asal-usul manusia yang berasal dari tanah dan mengingat kemana atau tujuan akhir hidup manusia, yaitu harus mempertanggungjawabkan segala amal ibadahnya di hadapan Allah SWT.
- Mikul dhuwur mendem jero, para lelulur yang sudah mendarmabaktikan pada generasi penerus berupa perjuangan membuka hutan untuk dijadikan pemukiman dan kini sudah menjadi desa, maka wajar apabila generasi sekarang memiliki kesadaran sejarah menghormati para pejuang desa dengan memohonkan ampunan kepada Tuhan atas segala dosa dan kesalahan dan semoga mereka semua mendapatkan balasan sesuai dengan darmabaktinya.
- Ngunduh wohing pakerti, masyarakat menyadari apabila berbuat baik tentu mereka sendiri yang akan mengambil hikmahnya, begitu pula apabila berbuat tidak baik mereka sendiri pula yang akan menanggung akibatnya.
- Rawe-rawe rantas malang-malang putung, dalam mendirikan desa, tentu para leluhur menemui banyak hambatan dan rintangan, dengan semangat pantang menyerah, maka para leluhur berhasil mewujudkan impiannya menciptakan suatu pemukiman yang aman, tenteram dan sejahtera.
- Rukun agawe santoso, untuk mencapai tujuan hidup bersama, maka diperlukan kerukunan, persatuan dan kesatuan sehingga akan tercipta desa yang sejahtera, bermanfaat sebagai sarana untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisi yang ada dalam masyarakat.
No | Jenis Kegiatan | Hari/Tanggal | Jam | Tempat |
1 | Manaqipan | Selasa/ 09-07-2019 | 20.00 WIB | Balai Desa |
2 | Duduk Dong Waru | Rabu / 10–07-2019 | 06.00 WIB | Dong Waru |
3 | Duduk Sendang Daham | Sabtu / 13–07-2019 | 06.00 WIB | Sendang Daham |
4 | Pertunjukan angklung | Minggu / 14-07-2019 | 05.30 WIB | Kampung KB |
5 | Jalan santai berhadiah | Minggu/14-07-2019 | 06.30 WIB | Balai Desa |
6 | Lomba pemanfaatan limbah plstik | Minggu / 14–07-2019 | 07.30 WIB | Balai Desa |
7 | Orkes melayu | Minggu/ 14–07-2019 | 19.00 WIB | Balai Desa |
8 | Tembang kenangan | Selasa / 16–07-2019 | 20.00 WIB | Lapangan OR |
9 | Kenduren masal | Rabu / 17–07-2019 | 09.00 WIB | Balai Desa |
10 | Wayang kulit | Rabu / 17-07-2019 | 10.00 WIB | Balai Desa |
11 | Lomba gobak sodor | Rabu/ 17–07-2019 | 14.00 WIB | Balai Desa |
12 | Lomba karaoke | Rabu/ 17–07-2019 | 20.00 WIB | Balai Desa |
13 | Khataman Qur’an | Kamis / 18-07-2019 | 10.00 WIB | Balai Desa |
14 | Kethoprak | Jumat/ 26–07-2019 | 13.00 WIB | Balai Desa |
15 | Pengajian umum | Senin/ 29–07-2019 | 20.00 WIB | Balai Desa |